Mojokerto – majapahitpos.com – Gelaran Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto dikemas dalam acara Sholawatan dan Siraman Rohani diselenggarakan pada Kamis, 16 Oktober 2025 malam hari bertempat di Pendopo Graha Maja Tama milik Pemerintah Kabupaten Mojokerto jalan Ahmad Yani 16 Mojokerto.
Hadir dalam acara Shalawatan tersebut Bupati Mojokerto Dr.H.Muhammad Al Barra, Lc.,M.Hum, Sekdakab Drs. Teguh Gunarko, M.Si., para Asisten Sekdakab., para Staf Ahli, para Kepala OPD dan undangan jamaah dari pimpinan PC dan PAC GP.Anshor dan Fatayat se-Kabupaten Mojokerto tak kurang dari 250 orang, sehingga Pendopo terlihat hijau oleh karena warna seragam GP.Anshor dan Fatayat hijau-hijau.
Dibuka dengan pembacaan Ummul Qur’an Surat Al-Fatihah dilanjut dengan pembacaan ayat-ayat Suci Al-Qur’an dilanjut dengan Laporan oleh asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Drs. Siswadi, M.M. Diteruskan Sambutan Bupati Mojokerto dan kemudian Siraman Rohani oleh Gus KH. Ali Zaenal Abidin, M.Pd. Ketua PC. Rijalul Anshor Kabupaten Mojokerto. Sebelum ditutup dengan do’a diisi delu dengan acara pembacaan Shalawat.
Bupati Mojokerto, Muhammad Albarraa, mengajak seluruh santri di Kabupaten Mojokerto untuk terus menjadi agen perubahan dan benteng moral bangsa. Seruan ini disampaikan dalam acara sholawatan dan siraman rohani dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025, yang merupakan bagian dari rangkaian menuju Apel Puncak HSN pada 22 Oktober mendatang.
Dalam sambutannya, Bupati yang akrab disapa Gus Barra menegaskan, HSN bukan sekadar agenda seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan kembali peran santri dalam pembangunan bangsa.
“Hari Santri harus menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa santri dan kiai sejak dulu telah menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kini saatnya santri menjadi agen perubahan dan benteng moral bangsa,” tegas Gus Barra.
Gus Bupati juga mengingatkan, HSN yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 merupakan bentuk penghargaan atas kontribusi besar ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan, terutama sejak dikeluarkannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi tersebut menjadi pemicu perlawanan rakyat yang melahirkan peristiwa heroik 10 November di Surabaya.
Tak hanya itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan, juga telah berjasa besar dalam membentuk karakter dan akhlak bangsa. Gus Barra juga menekankan pentingnya nilai-nilai yang diajarkan di pesantren, seperti dalam kitab Ta’limul Muta’allim dan Adabul ‘Alim wal Muta’allim, sebagai fondasi karakter bangsa yang beradab.
“Pesantren adalah benteng moral bangsa ini. Santri dididik untuk berilmu, beradab, dan berakhlakul karimah. Mereka belajar menghormati guru, meneladani Nabi, dan berkhidmat untuk kemaslahatan umat,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Bupati juga menyinggung pemberitaan salah satu stasiun televisi nasional yang dinilai menampilkan pesantren secara tidak proporsional. Menurutnya, framing tersebut tidak mencerminkan nilai luhur kehidupan santri yang menjunjung tinggi adab dan penghormatan terhadap guru dan kiai.
Meski demikian, ia mengajak para santri untuk tetap bersikap bijak dan tidak reaktif. Santri, katanya, harus menunjukkan kontribusi nyata bagi bangsa melalui tindakan dan keteladanan.
“Kita menyayangkan framing media yang menggambarkan pesantren secara keliru. Pesantren bukan tempat feodalisme, melainkan ruang pembentukan akhlak dan pendidikan karakter. Kami berharap pihak terkait memiliki itikad baik untuk memperbaiki pemberitaan tersebut,” tegasnya.
Bupati Mojokerto yang juga berlatar belakang santri ini turut membagikan kisah pribadinya. Ia tumbuh dan belajar di berbagai pesantren sejak kecil hingga menimba ilmu di Mesir. Nilai-nilai pesantren, menurutnya, telah membentuk kepribadian dan mengajarkannya arti keikhlasan, kesabaran, serta penghormatan terhadap ilmu dan guru.
“Saya tumbuh dan belajar di dunia pesantren. Tradisi pesantren telah membentuk karakter saya hingga hari ini. Karena itu, saya mengajak seluruh santri untuk terus berkontribusi positif bagi bangsa dan negara,” tuturnya.
Menutup sambutannya, Gus Barra mengajak seluruh santri dan masyarakat untuk menjaga persatuan, meneguhkan komitmen kebangsaan, dan terus berkhidmat bagi kemaslahatan umat.
“Santri harus tetap loyal kepada bangsa dan negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. Mari kita isi Hari Santri dengan semangat kebersamaan, cinta tanah air, dan pengabdian yang tulus,” pungkasnya.(mm).

